Saya adalah mahasiswa DIV Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Orang tahu kalau sekolah itu adalah sekolah kedinasan milik Departemen Keuangan yang menyediakan jalur pendidikan D1 dan D3. DIV adalah terusan D3 dan biasanya ditujukan bagi lulusan D3 STAN yang sudah bekerja di unit-unit departemen keuangan. Dengan demikian kami adalah pegawai negeri sipil. Tapi saya tidak akan mengobrolkan sekolah ini dan strata ini. Saya akan bicara yang lain.
Dulu saya pernah menuliskan kegundahan saya tentang kuliah di kampus ini. Bukan karena kampus ini antik dengan bangunan tuanya namun semangat kuliahnya. Tidak semuanya memiliki niat kuliah untuk belajar tapi ada tunggangan lain yang ikut di dalamnya. Mungkin, ada beberapa yang berniat pulang ke Jakarta beberapa waktu, mungkin ada yang berniat memperbaiki lokasi penempatan atau mungkin juga ada yang berniat meningkatkan kapabilitas diri. Semua niat tersebut tidak ada yang salah, haram dan jahat namun menjadi sangat menggangu - bagi saya - dalam proses belajarnya. Saya menjadi sangat jengah dengan perburuan nilai sehingga proses belajar menjadi sesuatu yang pragmatis. Katakan saja, perburuan kisi-kisi ujian, perburuan informasi apa yang diujikan bahkan kalau bisa soal yang akan diujikan. Bisa juga dengan riuh rendah tidak berbobot diskusi di kelas yang diadakan di hadapan dosen yang memegang daftar nilai. Orang bisa berdalih bahwa ini adalah semata-mata bagian dari strategi, cara kerja yang efisien atau apapun. Singkatnya ini adalah cara mencapai nilai yang tinggi. Ini adalah hal yang bisa diperdebatkan tapi bagi saya sepertinya hal-hal itu memang pragmatis. Padahal, kalau kita membaca dan mempelajari apa yang sudah diajarkan, dan materi apa yang tercantum dalam silabus maka itu adalah materi yang akan diujikan.
Selasa kemarin, salah satu dosen baru saya memberikan wejangan yang menyentil niat saya dan kembali mengairi semangat saya. Dia membanggakan kami, kampus kami dan hasil kerja lulusan kampus ini. Kembali lagi dia mengingatkan tentang drop out yang masih akan kami hadapi hingga yudisium. Pada pengumuman IP semester ini, ada dua orang mahasiswa semester delapan yang drop out karena alasan mencontek. Mencontek adalah hal yang tidak termaafkan di sini dan menurut saya - dengan alasan pragmatis atau idealis - mencontek adalah noda dalam tradisi keilmuan. Kita biasa menggunakan referensi namun kita menghargainya dengan daftar pustaka dan proses paraphrase. Pada akhirnya, dia mengingatkan agar kami kuliah dengan serius pada saat kuliah dan lupakan sejenak masalah-masalah yang ada di domain pribadi.
Saya lupa kalau kesempatan saya kuliah adalah berkah, rahmat dan hadiah dari Allah. Ingat sang pemimpi dan atau anak-anak sahibul menara. Maka, semoga sisa semester ini bisa dijalani dengan prima dan penuh semangat.
1 comment:
"Saya lupa kalau kesempatan saya kuliah adalah berkah, rahmat, dan hadiah dari Allah"
I like this sentence.. ^^
Post a Comment