Tuesday, 27 April 2010

VAMOS NADAL


untung clay season dekat dengan UAS semester 8. Love that 

Looking for the Big Clayback
04/26/2010 - 2:04 PM


Rn
New arenas mess me up. They throw my viewing game off. Two weeks ago I waxed on about how reassuring it is to return to the old European clay of Monte Carlo every spring, to see its center court in the same spot where we left it, still suspended between sky and sea, the bleachers as small and low-slung as they’ve always been, the light blanketing everything the same way it always has. Coming to Rome, I’d heard that a brand-new stadium awaited us, but, this being the Eternal City and all, I pictured a new venue that would look pretty much exactly the same as the old. The Foro Italico means fascist-kitsch statues, a marble amphitheater, and lots of low, golden, late-afternoon light, right?
It turns out that time doesn’t stand still in Rome, either. The new center court has retained the amphitheatre concept, but that low sunlight has been blocked by an upper section of bleachers, and the whole place has been filled with implacable steel-gray seats that have a way of looking conspicuously empty. The stadium might be spectacular in person, and I’ll get used to it eventually on TV. Somehow, though, empty seats look better when they’ve been around for a while. You know, at least, that they’ve been filled many times before.
And they will be again, once the top guys begin to christen the new court over the next couple of days. Let’s take a look at what might happen when they get there.

Hidup Yang Bergairah

Dinamis! Satu kata yang "hidup" dan menjadi inspirasi bagi saya. Stagnansi dan pasif adalah kemunduran bagi saya karena perubahan itu niscaya dan natural seiring dengan waktu yang berlalu. Satu tambahan ekstasi hidup adalah kejutan sehingga dinamisasi mencapai sebuah titik degup detak jantung yang akan memompa adrenalin kita. Itulah hidup yang penuh gairah, penuh dengan energi dan semangat. 

Spontanitas adalah kata yang dulu dihembuskan seseorang kepadaku. Dia menggambarkannya sebagai sebuah kesenangannya dalam menjalani hidup. Saya melihatnya sebagai sebuah kejutan dan pergerakan yang menggairahkan. Saya membayangkan apabila ada pasangan hidup saya datang pada jam makan siang dengan membawakan sekotak makan siang tanpa sebuah warta terlebih dahulu. Sebuah spontanitas yang diambilnya adalah kejutan yang menggairahkan sekaligus romantis. Asalkan tubuh anda tidak memiliki kelainan jantung maka kejutan tidak akan menjadi pintu malaikat kematian. :-D

Menjalani hari dengan riang dan percaya bahwa perlu pergerakan ke atas dan terus ke atas akan membawa kita pada puncak semangat akan perbaikan hidup. Apabila saya bisa menata batu bata hingga sepuluh meter ke atas maka saya akan membuat tumpukan batu bata itu berubah membentuk piramida atau miniatur candi. Sebuah perbaikan dan perbaikan. 

Konsepsi ini yang ingin saya pelihara, terutama di detik-detik dimana detail kerja yang baik menjadi kebutuhan saya. Saya butuh mengerjakan segala sesuatu dengan lebih baik, lebih bergairah dan lebih padu. Saya ingin melihat bahwa apa yang dilihat sebagai beban adalah kejutan yang diresepkan agar kita bisa lebih bergairah lagi melakukannya. Maka satu atau dua minggu bahkan hitungan harian pun adalah kejutan. Maka enam puluh halaman atau lima puluh halaman adalah kejutan. Saya menghargai spontanitas untuk sebuah perbaikan meskipun kadang mengacaukan order. Saya yakin chaos hanya mengamplifikasi semuanya ke titik yang lebih tinggi. Mari bersemangat mengerjakan semuanya!

>< dalam limpahan tugas dan kejutan tugas ><

Belajar dari cerita tentang pemimpin


Pada saat Rama bersama Putri Janaka dan Lesmana berjalan meninggalkan istana menuju Dandaka memenuhi janji ayahnya, seluruh rakyat Ayodya mengikuti dan membujuk agar mereka kembali ke Ayodya dan memerintah mereka. Mereka meminta agar Rama tidak usah mengikuti permintaan keji Kaikeyi, permaisuri ayah mereka, yang menginginkan Bharata, putra kaikeyi, menjadi maharaja dan Rama mengasingkan diri menjadi petapa selama 14 tahun. Dalam cerita itu, Rama menjelaskan sikap ksatria dalam memenuhi janji, sikap bakti putra kepada ayahanda nya dan kebesaran hati untuk tidak bernafsu memiliki tahta. Penunjukan menjadi raja bukan sekedar keinginan menjadi raja namun ini adalah titah. Sebuah permintaan yang harus dipenuhi sebagai bakti. Sikap tidak menyalahkan permintaan Kaikeyi yang tidak adil dan sikap santun kepada orang tua mereka termasuk semua permaisuri ayah mereka. Rakyat menunjukan kecintaan pada Rama dengan mengikuti mereka hingga tepian sungai. Rakyat menunjukan kedukaan dengan suasana gelap yang menyelimuti kota-kota. 
Demikian sebagian cerita Ramayana yang saya baca. Pada bagian ini, saya mendapat gambaran karakter Rama sebagai manusia berwatak baik. Pemimpin dengan nafsu mengabdi. Pemimpin yang dicintai rakyatnya. Anak yang berbakti dan bersikap baik terhadap ayah ibunya. Pada bagian lain, Rama diceritakan pula memiliki sikap kemanusiaan yang serba terbatas. Namun, bagian di atas saya garis bawahi karena saya terkesan dengan kecintaan rakyat pada pemimpinnya. Tidaklah serta merta mereka cinta tanpa penjelasan dan alasan. Pemimpin yang dicintai rakyat. Pemimpin ini memimpin dengan akhlak baik, keluhuran budi dan suri tauladan yang mumpuni. Secara sadar, sejak zaman baheula masyarakat menginginkan pemimpin yang baik dan bisa adil terhadap rakyatnya. Pemimpin lah yang tutur dan lampahnya akan di ikuti. Dengan indah, masyarakat kita bisa mewartakan pelajaran ini dengan cerita atau dongeng. Kita juga tahu, pemimpin besar dan suri tauladan pernah hidup dan mengajarkan bagaimana memimpin dengan baik. Bagaimana Rasulullah memberi makan Yahudi buta padahal Yahudi itu tidak suka dengan Rasulullah dan dia tidak tahu bahwa manusia agung itulah yang memberinya makan. Kita tahu khalifah pada masa sahabat ada yang memanggul sendiri karung bahan makanan untuk diantarkan sendiri bagi rakyatnya. Semua cerita itu tetap hidup agar kita bisa memetik hikmah dan pelajaran.

Saya menetapkan sebuah pengharapan agar di masa ini, akan ada pemimpin besar yang memimpin dengan akhlak yang baik dan memimpin dengan benar, adil dan penuh kasih sayang. Saya mendoa kan agar upaya-upaya melahirkan pemimpin bisa menghasilkan pemimpin yang saya idam-idamkan. Saya sudah jenuh dengan keributan memperebutkan kursi, saling sikut dan saling menyalahkan dan mengumbar kejelekan. Saya sudah bosan dengan perdebatan. Semoga ada do'a dan harapan yang terjawab agar kemakmuran dan hidup yang madani bisa nyata di negeri ini. Bukan sekedar di negeri dongeng. 

renungan setelah beberapa hari menyaksikan perdebatan para calon pemimpin

RINDU

Pada bulan penuh yang menggantung sendu 
Pada kamboja di atas tanah pekuburan 
Pada air yang menetes dan menelusur pelan 




Saya ingin menitipkan pesan 
Bahwa saya tidak pernah merasa menyesal 
Bahwa saya tidak pernah merasa merana 
Pada apa yang baik 
Pada apa yang telah ditetapkan 




Meski kini meredam rindu 
Lalu terasa ngilu di hati
Saya masih bermimpi
Ada pada rumah yang terang 
Dimana kita ada disana 
Meluruskan kaki dan melabuhkan hati

Dream On

Kuliah bagian kedua semester delapan tinggal dua minggu lagi. Minggu berikutnya UAS dan minggu berikutnya lagi adalah libur panjang. Mana yang harus dipikirkan lebih dulu? Atau lebih baik jangan terlalu banyak berpikir dulu. Jalani atau kerjakan apa yang datang terlebih dahulu. 

Kuliah semester ini bisa dibilang kacau bagi saya. Kacau karena jadwal regular yang tidak bisa dipenuhi oleh orang yang diamanahi. Saya yakin bahwa tiap orang punya daftar kegiatan yang membuat dia melakukan penentuan prioritas dan sebagainya. Sayangnya, pendidikan selalu dijadikan prioritas nomor sekian apabila dinilai dari ketersediaan waktu mereka. Saya mengharapkan pelajaran profesionalisme seperti yang dilakukan salah satu pengajar saya semester ini. Dan saya tidak merasa keberatan apabila dia menyinggung dan menyindir. Ada kuliah yang baru masuk tiga kali dalam enam minggu, ada yang harus masuk setiap sabtu dan ada juga yang memberikan tugas buta sehingga mahasiswa harus meraba-raba. Ah, saya mau mengeluh lalu berandai-andai kalau saya mahasiswa teknik perminyakan ITB juga percuma. Sepercuma membuang garam ke lautan karena tidak akan mengubah apa-apa. 

Lalu, kapan ada cerita minggu tenang sebelum ujian seperti di UPI? ah, mari bermimpi saja di minggu sibuk ini. Biarlah saya kembali fokus pada apa yang namanya work out lalu bermimpi lagi kalau saya di ITB dan ketemu dengan mahasiswinya yang pintar dan baik-baik.

Dream On, Man!

Monday, 26 April 2010

Belajar dari Longsor Ciwidey : Apakah Pemerintah Memprioritaskan Pembangunan Lingkungan Hidup?

Nurdin/09460004831

Pendahuluan
Masyarakat di daerah Pasir Jambu, Ciwidey memetik teh di areal perkebunan pada pagi hari seperti biasa. Selasa (23/2/2010) sepertinya tidak diduga menjadi hari naas bagi sebagian warga pemetik teh. Pada saat mereka beraktivitas, tiba-tiba saja tanah merah merangsek dari atas bukit menutupi areal pusat kegiatan masyarakat pemetik teh perkebunan Dewata. Hingga tulisan ini disusun, jumlah korban masih belum diketahui dan upaya evakuasi korban yang tertimbun masih dilakukan. 
Jumlah korban akibat bencana alam dari tahun 1997 hingga 2009 telah memakan korban jiwa hingga 151.277 jiwa. Bencana paling banyak terjadi adalah banjir sebanyak 35% dari seluruh bencana yang tercatat dalam Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) sedangkan tanah longsor sebanyak 11%.  Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebutkan bahwa kerusakan ekologis sebagai penyebab banyaknya bencana yang menimpa Indonesia. Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah menyebutkan bencana banjir dan longsor yang merata sepanjang tahun 2003 sebagai akibat ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang antara manusia dengan kepentingan ekonomi dan alam dengan kelestariannya.
Belajar dari longsor Ciwidey bahwa longsor terjadi karena ketidakmampuan daerah Bandung Utara menampung air hujan. Belum dapat dihitung secara pasti kerugian akibat longsor tersebut baik jiwa maupun materil. Namun jumlah korban jiwa dan kerugian materiil yang mencapai Rp 4 triliun akibat bencana alam pada tahun 2009 menuntut peningkatan perhatian pemerintah pada pembangunan berbasis lingkungan hidup dan penataan lingkungan hidup. Tulisan ini disusun untuk mengetahui apakah masalah lingkungan hidup menjadi hal strategis dan prioritas dalam rencana pembangunan pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan SBY-Boediono.

Marriage Between Politics and Economics Powers

Strategi Penguasa Pada Era Otonomi Daerah : Kasus Alex Noerdin dan Syahrial Oesman



Perubahan system politik dari sentralistik ke desentralistik pada era setelah orde baru mendorong perubahan cara para elit dalam memperoleh kekuasaan. Otonomi daerah adalah tonggak awal masa baru dimana daerah memperoleh diskresi yang lebih luas dalam mengelola daerahnya.
Desentralisasi disusun sebagai usaha mencapai proses demokratisasi yang lebih baik di daerah. Proses demokrasi yang baik diharapkan akan mendorong pada kesejahteraan yang meningkat di masyarakat. Elit politik di daerah menyikapi perubahan ini dengan mengubah pendekatan dalam meraih kekuasaan. Alex Noerdin dan Syariah Oesman adalah dua tokoh Orde Baru yang berhasil memanfaatkan strategi baru untuk mempertahankan dan memperoleh kekuasaan di era otonomi daerah.
A.   Alex Noerdin

1.    Profil Alex Noerdin

Alex Noerdin adalah putra daerah Sumatera Selatan yang dilahirkan di Palembang tanggal 9 September 1950. Politisi Golkar ini adalah birokrat zaman orde baru yang berhasil memenangkan pemilihan bupati kabupaten Muba pada tahun 2001. Alex memperoleh penghargaan Manggala Karya Kencana pda tahun 2002 dan Satya Lencana Wirakarya pada tahun 2003. Alex kini menjabat sebagai gubernur Sumatera Selatan setelah memenangkan Pilkada Langsung Gubernur Sumatera Selatan.

Catatan Perjalanan




Sabtu malam, saya pulang dari rumah kawan di daerah Petukangan.  Alih-alih lewat Unilever, saya malah mengambil jalur Ulujami karena pada saat belok ada mobil yang menghalangi. Di jalan Ulujami Raya, beberapa puluh meter sebelum Pondok Pesantren Darun Najah, saya kaget karena pada saat menyalip mobil ternyata ada pot besar di tengah jalan. Tiga buah pot bunga besar! Ternyata ada pengajian yang diadakan di pinggir jalan. Para peserta pengajian kebanyakan mengenakan baju putih-putih dan bersurban. Saya kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pondok Aren. Di beberapa titik dalam perjalanan, saya berpapasan dengan rombongan sepeda motor berjubah putih dan surban. Sepertinya mereka akan menuju pengajian yang saya lewati. Ada kesamaan para rombongan yang saya lihat : mayoritas tidak menggunakan helm, bergerombol dengan sebuah pentungan polisi di depan dan pembawa panji-panji yang besar. Rombongan seperti ini sering saya lihat di daerah Pancoran dulu pada saat saya masih tinggal di Pengadegan. Masjid di sebelah gedung Sucofindo sering dijadikan lokasi pengajian yang diisi habib-habib.
Saya bertanya pada diri saya sendiri, siapa yang member izin pada mereka untuk meletakan pot besar di tengah perjalanan orang? Siapa yang memberikan keleluasan khusus bagi para rombongan untuk membawa-bawa perangkat yang berbahaya seperti tongkat di jalan atau tidak menggunakan helm?
Saya harus katakan bahwa salah pemahaman membuat apa yang benar membuat seseorang terlihat bodoh, apalagi dibarengi dengan keras kepala. Yang ada adalah dungu. Saya bertanya : apakah menjadi peserta pengajian yang mengajarkan ketuhanan membuat kita bebas melanggar hukum manusia? Apakah jamaah para habib, mereka yang menyatakan keturunan Rasulullah, menjadikan mereka sebagai pihak yang diberi kekhususan sehingga bebas melakukan apa saja. Apabila tidak, maka apakah mereka faham dengan norma dimana mereka berada. Hal kecil ini selalu luput diajarkan oleh para guru sehingga manusia Indonesia lebih terkenal dengan tidak teraturnya. Tidak heran apabila saya percaya dengan apa yang disampaikan dosen saya tentang hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa New York yang menjadi kota paling nyaman karena kedisiplinannya dan Jakarta ada diperingkat bawah. Saya juga masih ingat tulisan nyinyir Ayu Utami tentang vandalisme gaya Indonesia atau komentar satir tentang rasa memiliki orang Indonesia terhadap fasilitas umum sehingga sarana umum juga diambil untuk dimiliki.
 
Copyright 2009 Catatan Enigma. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator